Minggu, 17 April 2011

everything happens for a reasons

Sometimes, we do what we should do but it doesn't mean we want to. Ketika kita melakukan hal seperti itu, orang-orang suka salah menanggapinya.

Padahal, kita melakukan segala hal pasti ada alasannya. Tapi, even everything happens for a reason, terkadang alasan itu bukanlah sesuatu yang bisa kita jelaskan melalui kata-kata. Hanya diri kita sendiri dan Tuhan yang mengetahui alasan dibalik hal yang kita lakukan. Entah alasan itu masuk diakal, atau tidak bisa diterima akal sehat manusia dimanapun.

Itu dia, itu yang sering gue lakukan.
Gue itu random. Abstrak. Aneh. Susah nebak jalan pikiran gue.

Gue sering melakukan hal yang memang harus gue lakukan walaupun gue tidak menginginkannya. Gue sering melakukan suatu perbuatan yang harus gue lakukan walaupun gue sebenernya ga suka. Guepun suka kehabisan kata-kata ketika ditanya 'kenapa' dan diminta alasan atas perbuatan gue itu.

Gue diam. Gue cuma bisa berharap orang itu, siapapun lawan bicara gue, mengerti apa yang gue ingin ucapkan dengan aksi diam gue itu. Iya, gue tau itu ga berguna banget. Namanya juga berharap, gapapa kali.

Gue bakal seneng, seseneng-senengnya orang seneng pas gue melakukan sesuatu hal yang tidak biasa, hal yang aneh, hal abstrak yang tidak dimengerti orang lain, lalu gue ditanya oleh seseorang. 'Kenapa'. Ketika gue tidak bisa menjawab pertanyaan 'kenapa' itu, orang yang menanyakan sudah mengerti mengapa gue melakukan itu.

Atau, orang yang menanyakan itu mungkin ga ngerti kenapa gue ngelakuin,
tapi dia ngerti gue. Jadi dia stop bertanya dan lebih baik tersenyum.

Lebih mudah untuk tersenyum kan daripada marah-marah atau bete atau bingung dan makin memaksa gue untuk cerita? Toh, mau marah gimanapun, mau bete gimanapun, mau bingung gimanapun, mau maksa gimanapun, gue ga bakal bisa cerita. Karena gue ga tau apa yang musti gue ceritain.

Yang gue tau, I did this or I did that for a reason.
And, it's obvious that it's not a stupid reason.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar